Sakti Muno
Seorang yang
jahat datang dari negeri seberang. Karena tubuhnya yang besar dan tinggi bagai
raksasa ia digelari orang Naga Sikati Muno yang keluar dari kawah Gunung
Merapi. Rakyat sangat takut kepadanya dan didongengkan bahwa naga itu tubuhnya
besar dan panjangnya ada 60 depa dan kulitnya keras. Ia membawa bencana besar
yang tidak terperikan lagi oleh penduduk. Kerjanya merampok dan telah merusak
kampung-kampung dan dusun-dusun. Padi dan sawah diladang habis dibinasakannya.
Orang telah banyak yang dibunuhnya, laki-laki, perempuan dan gadis-gadis
dikorbankannya. Keempat penghulu dari Pariangan-Padang Panjang diutus Suri
Drajo menghadap Sang Sapurba di Batu Gedang tentang kekacauan yang ditimbuklan
oleh Sikati Muno. Untuk menjaga prestisenya sebagai seorang semenda, Sang
Sapurba lalu pergi memerangi Sikati Muno. Pertarungan hebat pun terjadi
berhari-hari lamanya. Pedang Sang Sapurba sumbing-sumbing sebanyak seratus
sembilan puluh. Akhirnya Naga Sikati Muno itu mati dibunuh oleh Sang Sapurba
dengan sebilah keris. Keris tersebut dinamakan
Keris Sikati Muno, keris bertuah, tak diujung pangkal mengena, jejak
ditikam mati juga. Sejak itu amanlah negeri Pariangan-Padang Panjang, dan
semakin lama semakin bertambah ramai. Oleh sebab itu Sang Sapurba memerintahkan
lagi mencari tanah-tanah baru. Pada suatu hari raja sendiri pergi keluar,
melihat-lihat daerah yang baik dijadikan negeri. Dia berangkat bersama-sama
dengan pengiring-pengiringnya. Ia sampai pada suatu tempat mata air yang jernih
keluar dari bawah pohon tarab. Sang Sapurba berpikir, tanah itu tentu akan
subur sekali dan baik dijadikan negeri. Lalu diperintahkannyalah membuka
tanah-tanah baru ditempat itu. Sampai sekarang tanah itu dinamakan Sungai
Tarab. Kemudian hari jadi termasyhur, tempat kedudukan Pamuncak Koto Piliang.
Datuk Bandaharo di Sungai Tarab. Selain itu raja menemui pula setangkai kembang
teratai di daerah itu, kembang yang jadi pujaan bagi orang-orang Hindu. Raja
menyuruh mendirikan sebuah istana di tempat itu. Setelah istana itu siap raja
lalu pindah bertahta dari Pariangan-Padang Panjang ke tempat yang baru itu,
yang kemudian dinamakan Negeri Bungo Satangkai, negeri yang kedua sesudah
Pariangan-Padang Panjang.
(Referensi : Minangkabau Tanah Pusaka - Tambo
Minangkabau)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar